Itu normal.
Masing-masing orang akan bereaksi berbeda terhadap vaksin. Dengan atau tanpa penyakit penyerta. Contohnya adalah saya dan suami saya: divaksin pada hari, dengan dosis, dan jenis vaksin yang sama, Astra Zeneca.
Jadi ceritanya agak lucu. Waktu vaksin, proses saya lumayan cepat karena kondisi semuanya normal. Suami saya yang memiliki asma dan beberapa faktor resiko lain harus di-screening cukup lama. Yang saya khawatirkan dari awal memang suami saya, sih. Alhamdulillah, suami aman-aman saja. Eh, ternyata yang bereaksi lebai terhadap vaksin malah saya.
Saya akan menceritakan kronologis yang saya alami paska vaksin disini agar jika Anda mengalami hal serupa, Anda bisa tenang dan tidak panik.
Hari ke-1
Saya vaksin hari Kamis tanggal 3 pukul 11 siang di Puskesmas Mojolangu Malang. Paska vaksin, beberapa orang, termasuk suami, merasa lapar dan ngantuk. Saya tidak. Tapi saya tetap makan saja karena sudah waktunya makan siang kemudian tidur siang, mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Sebelum tidur pukul 13.30, saya minum parasetamol seperti yang dianjurkan meskipun suhu tubuh saya normal (sekitar 36-36.3 biasanya). Bangun pukul 15.30, suhu tubuh 35.8. Tidak ada keluhan apapun, bahkan ngilu di tempat suntik juga minimal sekali. Badan sangat segar. Untuk jaga-jaga, saya minum vit C dan D.
Malam hari terbangun pukul 1.30 karena merasa tidak nyaman. Cek suhu tubuh 37, saya minum parasetamol, dan baru bisa tidur lagi sehabis subuh. Terbangun pukul 6.25, suhu tubuh 38.3. Wah..
Hari ke-2
Pukul 7.15 saya ukur lagi, sudah naik 38.6. Saya minum paracetamol lagi setelah sarapan pagi (nafsu makan masih oke). Kemudian mencoba istirahat. Setelah itu, suhu beranjak naik, seakan-akan paracetamol tidak berfungsi. Yang tertinggi yang sempat diukur 39.5. Paracetamol diganti dengan Sumagesik, isinya sama dengan dosis yang lebih tinggi. tapi sampai pukul 19.00 fluktuasi masih 39.1-39.5, tidak pernah di bawah itu.
Saya tidur, dan waktu bangun pukul 1 pagi, suhu tubuh sudah turun ke 37.6.
Hari ke-3.
Suhu tubuh masih di atas 37 tapi di bawah 38.
Ketika suhu tubuh saya tinggi, saya tidak merasa pusing. Pinggang sedikit pegal, dan kaki menapak sakit. Memang lemas, tapi tidak ada keluhan di kepala. Ketika suhu tubuh di rentang 37 ini baru saya sakit kepala. Dan mual. Kemungkinan karena dosis paracetamol yang saya ambil hari sebelumnya, atau karena sakit kepala, either way, saya tidak bisa makan banyak karena ini.
Hari ke-4.
Suhu tubuh sudah di rentang 36. Tidak ada pegal-pegal, mual masih sedikit tapi tidak signifikan, kepala masih ringan. Yang saya lakukan: bergerak, jalan kaki pelan-pelan sambil berjemur 20 meter bolak-balik. By hari ke-5, saya berharap sudah bisa kembali normal dan beraktifitas seperti biasa kembali. 3 minggu lagi saya akan melakukan tes untuk mengukur antibodi yang terbentuk.
Oh iya, selama ini, suami saya tidak bereaksi apapun terhadap vaksinnya. Suhunya naik sedikit saja untuk beberapa jam, selebihnya dia setroong.
Nah, apa yang harus Anda lakukan jika mengalami reaksi yang sama seperti saya?
- Minum yang banyak, kemudian pipis, minum lagi, dan pipis lagi, berulang kali. Akan lebih bagus jika Anda bisa berkeringat. Harus tetap hydrated, dan itu akan membantu meregulasi suhu tubuh.
- Makan. Di hari pertama ketika efeknya belum begitu terasa, makan yang banyak. Di hari kedua, meskipun mual, paksakan perut terisi. Eat small, frequently. JANGAN minum paracetamol dalam keadaan perut kosong. Apalagi jika punya kecenderungan sakit maag.
- Jangan paksa untuk bergerak jika tidak kuat. Take a rest. The vaccine is working its way into your system. Give yourself a break.
- kompres hangat mungkin disarankan, tapi bagi saya yang lebih kerasa itu mandi air hangat.
- Pakai pakaian yang nyaman. Wajib.
- kiss. and hug. and hand-holding. and a lot of them. from your loved one. Anda akan merasa tidak nyaman sekali, Anda akan tersiksa sekali dan sedikit menyesali mengapa memutuskan untuk vaksin jika efeknya jadi semenderita ini. Tiba-tiba Anda akan salut sekali pada para bayi yang bisa berkali-kali mengalami ini dengan sederetan jenis vaksinasinya. Tapi percayalah, yang Anda rasakan tidak akan seberapa dibanding jika, God forbid, Anda kena covid bergejala tanpa vaksin. In that moment, it’s important to be at peace and at ease, to find your source of comfort. Saya biasanya kalau menghadapi kesukaran dalam keseharian akan bilang, “This is temporary, tonight I will be on my bed.” Tapi mantra itu tidak berguna jika you’re already tied on your bed being sick. So, kiss and hug, and hand holding from the hubby have been my ultimate solace.
Nah, demikian pengalaman saya vaksinasi dengan menggunakan Astra Zeneca. Ada resiko demam dan suhu tingginya, tapi kenaikan yang se-ekstrim saya pun bisa terlalui. InsyaAllah manfaatnya lebih besar daripada resikonya. Yuk, kalau ada kesempatan vaksin, ambil saja sebagai ikhtiar melindungi diri dan orang-orang tercinta sekitar kita dari wabah ini.
Semoga tetap sehat dan semangat ya…
Love
Uswah.